
Kita sibuk menata rumah di dunia — memilih cat terbaik, taman terindah, dan pemandangan paling menenangkan.
Namun sering lupa, bahwa kelak kita akan tinggal di rumah lain…
rumah yang tidak kita tempati lama, tapi selamanya.
Rumah Abadi itu bukan di Menteng atau Pondok Indah,
bukan pula di apartemen bertingkat — tapi di bawah tanah,
di dalam liang yang sunyi, yang disebut oleh Rasulullah ﷺ sebagai “awal dari perjalanan akhirat.”
“Sesungguhnya kubur adalah tempat pertama dari tempat-tempat akhirat.
Jika seseorang selamat darinya, maka setelahnya lebih mudah;
dan jika tidak, maka setelahnya lebih berat.”
(HR. Tirmidzi, no. 2308)
🕌 Realita Krisis Lahan Makam di Jakarta: Fakta yang Tak Bisa Dihindari
Jakarta kini menghadapi krisis ruang pemakaman.
Data terbaru menunjukkan bahwa 69 dari 80 Tempat Pemakaman Umum (TPU) di lima wilayah DKI Jakarta telah penuh dan hanya melayani sistem makam tumpang.
(Detik News, 24 September 2025)
Pemprov DKI menyebutkan kapasitas makam hanya cukup 3 hingga 5 tahun ke depan.
(Detik News, 26 September 2025)
Di lapangan, kondisinya lebih miris:
- Di TPU Kebagusan Jakarta Selatan, sistem tumpang diterapkan hingga tiga jenazah dalam satu liang. (Kumparan, 2025)
- Sebagian besar TPU di Jakarta Barat, Timur, dan Selatan tidak lagi menerima makam baru. (CNN Indonesia, 2025)
💡 Artinya:
Menunda menyiapkan makam kini bukan hanya soal pilihan —
tapi soal kemungkinan.
Jika tidak dari sekarang, bisa jadi keluarga kita tak lagi punya tempat yang layak dan terhormat untuk beristirahat.
🌿 Islam Mengajarkan Kesederhanaan, Bukan Kemegahan
Banyak orang berpikir: “Kalau untuk orang tua, buatlah makam yang megah.”
Namun dalam Islam, kemegahan di atas kubur bukan tanda bakti, tapi bentuk berlebihan yang dilarang.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian duduk di atas kubur, dan jangan pula membangun sesuatu di atasnya.”
(HR. Muslim, no. 970)
📖 Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan:
“Hadits ini menunjukkan larangan membangun bangunan di atas kubur,
baik berupa kubah, nisan besar, atau hiasan berlebihan.”
(Syarh Shahih Muslim, 7/45)
Bahkan para ulama menegaskan:
- Pemakaman mewah hukumnya makruh bahkan bisa haram jika bermaksud pamer atau berlebihan. (NU Online, 2024)
- Rasulullah ﷺ dan para sahabat dimakamkan di tanah datar, tanpa bangunan tinggi, tapi penuh adab dan doa.
💬 Jadi, ukuran kemuliaan bukan di marmer atau granit,
tapi pada kesucian tempat, arah kiblat yang benar, dan doa anak saleh yang mengalir.
🌸 Menyiapkan Makam Sejak Dini: Cermin Iman dan Kecerdasan
Sebagian orang masih menganggap tabu menyiapkan makam sendiri.
Padahal, para sahabat Nabi ﷺ justru menyiapkan kuburnya sebelum wafat, seperti Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian
dan paling baik persiapannya untuk sesudahnya.”
(HR. Ibnu Majah, no. 4259)
📌 Maka, menyiapkan makam bukan tanda takut mati,
tapi tanda yakin pada akhirat —
dan tanda sayang pada keluarga agar tidak bingung ketika duka datang.
🌿 Menjadi Bijak: Antara Adab dan Kebutuhan Nyata
Di Jakarta, dua tantangan kini berjalan bersamaan:
1️⃣ Lahan pemakaman makin terbatas dan sistem tumpang sudah diberlakukan.
2️⃣ Banyak keluarga tergoda membuat makam megah karena gengsi sosial.
Maka Islam hadir memberi jalan tengah:
- Tidak berlebihan membangun,
- Tapi juga tidak menelantarkan pemakaman.
💬 Imam Malik rahimahullah berkata:
“Tidak apa-apa memberi tanda pada kubur sekadar agar dikenal,
tapi jangan sampai menjadi tempat kemegahan.”
(Al-Muwaththa’, 1/239)
📖 Islam mengajarkan:
“Sesungguhnya Allah mencintai kesederhanaan dan kebersihan.”
(HR. Tirmidzi)
Jadi, makam yang layak, tertata, bersih, dan berada di lingkungan muslim,
itulah bentuk penghormatan sejati — bukan yang paling besar, tapi yang paling beradab.
🌸 Solusi Islami: Menyiapkan Makam yang Layak Sejak Dini
Di tengah kondisi Jakarta yang semakin padat,
solusi terbaik adalah menyiapkan makam di lingkungan muslim yang terkelola dengan adab dan syariat.
Di Al Azhar Heritage Memorial Garden,
- Arah kubur semua menghadap kiblat,
- Tidak ada sistem tumpang,
- Lingkungan bersih, tenang, dan eksklusif muslim,
- Serta dikelola dengan nilai-nilai Islam dan pelayanan seumur hidup.
🌿 “Karena rumah terakhir bukan sekadar tanah,
tapi tempat doa dan cinta keluarga akan terus berlabuh.”
💫 Kesimpulan
✅ Jakarta sedang krisis lahan makam.
Menunda berarti berisiko tidak mendapat tempat yang layak.
✅ Islam melarang membuat makam megah.
Kesederhanaan dan kebersihan lebih mulia daripada kemewahan.
✅ Menyiapkan makam sejak dini adalah bagian dari tanggung jawab iman dan kasih sayang kepada keluarga.
📞 Al Azhar Heritage Memorial Garden hadir sebagai solusi syar’i dan elegan —
menyatukan konsep “makam beradab dan terencana” di tengah kota yang kian sesak.
🌿 “Rumah terakhir bukan untuk dipamerkan,
tapi untuk ditata dengan iman,
agar keluarga tenang, dan doa tak pernah terputus.”
Baca Artikel Lainnya :
Hukum Menziarahi Kubur Non-Muslim
Mengapa Tubuh Orang Shalih Tidak Hancur di Kubur
Mengapa Penting Dimakamkan di Lingkungan Muslim: Ketika TPU Ibukota Kehabisan Lahan Makam
Bolehkah Wanita Ziarah Kubur? Inilah Penjelasan Syariah dari Para Ulama

